Tentang facebook

Jumat, 30 Oktober 2009

pengaruh Yahudi di Indonesia

Kini orang mulai percaya masuknya pengaruh Yahudi ke Indonesia bukanlah isapan jempol belaka. Kehancuran negeri ini dengan “jubah” reformasi sejatinya menjadi senjata pemusnah yang amat dahsyat, untuk melibas rata tanah Negeri Muslim terbesar di dunia ini.Rata Penuh

Penetrasi habis-habisan ekonomi, politik, budaya, dan moral, bahkan seluruh tatanan oleh Barat di Indo-nesia, sejatinya dipastikan lokomotifnya adalah kepentingan Yahudi yang telah mencengkeram Barat melalui lobi jahat mereka. Hadirnya grafiti lambang Yahudi dan Israel, Bintang David di tembok-tembok kota di Indonesia bukanlah dari coretan orang awam dan iseng belaka. Begitu halnya coretan lambang Yahudi itu kini hadir di badan-badan bus kota di ibukota.

Proklamasi kehadiran dan eksistensi Yahudi di Indonesia sengaja dikibarkan dengan momentum pencaplokan Indosat oleh Singapura sekaligus mengubah lambang Indosat menjadi lambang Bintang David secara terang-terangan. Masuknya Raja Media Massa, Rupert Murdoch de-ngan bendera Star TV dengan mencaplok ANTV dan serenceng TV lainnya, juga bercokolnya Playboy, sangat menjelas-kan sebagai babak lanjutan negeri Muslim terbesar ini benar-benar telah dicengkeram “tangan setan” Yahudi.

Babak akhir sebagai happy ending-nya kini tengah dirancang secara matang, hubungan diplomatik Indonesia-Israel harus dibuka. Kendati secara fisik kehadiran Yahudi telah nyata-nyata menjarah seluruh kehidupan bangsa Indonesia, namun hubungan diplomatik Indonesia-Israel tetap dianggap sebagai palang pintu utama yang mutlak harus resmi dijebol.

Upaya menjebol palang pintu utama ini sejatinya telah dirintis sejak lama. Ingat saja berbagai manuver bekas Presiden Abdurrahman Wahid yang tak pernah menutupi dirinya yang memang dekat dengan Israel. Sebagai anggota Shimon Perez Foundation, Abdurahman pernah dengan berani mengunjungi Israel bersama sejumlah tokoh antara lain: Habib Hirzin, Bondan Gunawan dan lain-lain jauh hari sebelum ia duduk sebagai presiden RI. Tatkala Wahid usai dilantik menjadi Presiden RI ke-4, selang beberapa hari saja ia sudah mengumum-kan hendak merintis pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel. Jauh hari sebelum itu, sejumlah empat wartawan Indonesia diundang peme-rintahan Yizhak Rabin pada awal 1994. Empat wartawan itu adalah: Derek Manangka (Media Indonesia), Nasir Tamara (Republika), Wahyu Indrasto (Eksekutif), dan Taufik Darusman (Business Wekly). Derek Manangka kemudian membuat tulisan berseri yang jelas-jelas menjadi propaganda habis-habisan pentingnya Indonesia segera membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kunjungan dan laporan warta-wan-wartawan tentang Israel menimbul-kan gelombang protes. Begitu juga kun-jungan Yizhak Rabin yang sangat rahasia ke rumah Presiden Soeharto bisa menje-laskan usaha Israel secara maksimal untuk menjebol palang pintu utama ini. Namun hasilnya selalu gagal.( topic.com)

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template The Business Templates by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP